Terapi Okupasi Berbasis Seni Terhadap Pasien dengan Gangguan Jiwa

  Disusun oleh : Fai'za Amalia M

Terapi Okupasi Berbasis Seni Terhadap Pasien dengan Gangguan Jiwa



Kesehatan merupakan hal mendasar yang dibutuhkan oleh setiap individu. Kesehatan dalam hal ini tidak hanya terkait kesehatan fisik, tetapi juga menyangkut tentang kesehatan fisik, tetapi juga menyangkut tentang kesehatan mental. Kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana individu bebas dari segala bentuk gejala gangguan jiwa. Kata 'mental' diambil dari bahasa Yunani, yang artinya sama dengan psyche dalam bahasa lain yaitu jiwa atau kejiwaan. 

Individu yang sehat secara mental dapat menjalani hidupnya secara normal dan dapat menyesuaikan diri ketika menghadapi masalah-masalah yang dihadapi dalam hidup. Menurut WHO, kesehatan mental adalah keadaan dimana individu mampu melakukan coping stress dengan baik, produktif dalam bekerja, serta berperan aktif dalam komunitasnya. Dengan kata lain, individu yang sehat mental adalah individu terbebas dari segala bentuk gejala gangguan mental atau gangguan jiwa.

Gangguan jiwa adalah gangguan yang disebabkan oleh kebingungan pikiran, persepsi serta perilaku dimana individu tidka mampu beradaptasi dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan serta membutuhkan proses penyembuhan yang lama. Berdasarkan data WHO pada tahun 2017 tercatat sebanyak 450 juta jiwa di seluruh dunia termasuk Indonesia diperkirakan merupakan penderita gangguan jiwa. Beberapa jenis gangguan jiwa yang dialami oleh penduduk Indonesia yaitu diantaranya gangguan depresi, kecemasan, skizofrenia, bipolar, gangguan perilaku, autism, gangguan makan, dam cacat intelektual. Tetapi diantara semua jenis gangguan jiwa, skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling sering ditemui.


Terapi Okupasi


Apa Itu Terapi Okupasi?

Terapi okupasi adalah sebuah perawatan yang mempunyai tujuan untuk membantu seseorang yang mempunyai keterbatasan fisik, mental, serta kognitif. Terapi ini dilakukan dengan tujuan supaya pengidap bisa menjadi tidak ketergantungan pada orang lain untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Terapi okupasi tersebut dapat membantu seseorang untuk mendapatkan kembali kepercayaan diri, kemampuan, dan kemandirian setelah terjadinya dampak pada kesehatan yang menjadi buruk, cedera, atau jika seseorang mengalami kecacatan. Terapi okupasi merupakan salah satu bentuk psikoterapi suportif dengan lingkungan dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental pasien. Terapi okupasi berfokus pada mengenali keterampilan yang masih tersedia bagi seseorang, dan mempertahankan atau meningkatkannya bertujuan untuk membentuk orang tersebut menjadi orang yang mandiri yang tidak bergantung pada bantuan eksternal.


Terapi Okupasi Berbasis Seni



Terapi okupasi berbasis seni atau art therapy adalah salah satu bentuk terapi okupasi yang menggunakan ekspresi kreatif untuk membantu seseorang mengekspresikan pikiran dan emosinya. Art therapy sendiri merupakan ilmu dan seni yang bertujuan untuk membantu seseorang dalam melakukan tugas-tugas tertentu, sehingga mereka dapat belajar fungsi dan keahlian yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Terapi okupasi berbasis seni ini sangat berguna bagi pasien pengidap skizofrenia yang salah satu gejalanya adalah halusinasi. Beberapa jenis art therapy yang dapat dilakukan yaitu :

1.      Melukis dan menggambar

Melukis dan menggambar adalah salah satu cara menyalurkan segala sesuatu yang bersifat kerjiwaan seperti emosi pada saat melakukan aktivitas menggambar. Hal ini didefinisikan sebagai perasaan yang ditumpuk baik itu berupa memori atau emosi perlu untuk diungkapkan atau disampaikan. Aktivitas menggambar merupakan kegiatan yang dapat membantu menyampaikan dan mengekspresikan emosi dan pikiran yang mempengaruhi perilaku yang tidak disadari  oleh pasien, selain itu aktivitas menggambar juga dapat memberikan kegembiraan dan hiburan.

2.       Kerajinan tangan

Terapi okupasi dengan kerajinan tangan adalah pendekatan yang menggunakan aktivitas kreatif, seperti membuat kerajinan, untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan fisik, mental, emosional, dan sosial. Aktivitas ini dirancang khusus agar sesuai dengan kebutuhan individu pasien, sekaligus memberikan rasa pencapaian melalui hasil karya mereka. Contoh kerajinan tangam yang dapat dibuat yaitu, origami, membuat gelang atau kalung, merajut atau menyulam, dan membuat kolase.

3.       Kolase dan scrapbooking

Kolase adalah kegiatan kreatif yang melibatkan penempelan berbagai bahan, seperti potongan kertas, foto, kain, atau benda kecil lainnya, untuk menciptakan karya seni. Sedangkan, scrapbooking adalah aktivitas merangkai kenangan dalam bentuk buku atau album dengan menghias halaman menggunakan foto, tulisan, atau dekorasi kreatif lainnya. Kedua aktivitas ini digunakan sebagai bagian dari terapi okupasi untuk membantu pasien mengembangkan keterampilan tertentu sambil menikmati proses kreatif.

4.       Seni musik

Terapi okupasi berbasis seni musik adalah pendekatan yang menggunakan musik untuk membantu individu mengembangkan keterampilan, meningkatkan kesejahteraan emosional, dan mencapai kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. Aktivitas ini dirancang untuk memanfaatkan kekuatan musik dalam memengaruhi pikiran, emosi, dan tubuh secara holistik.

5.       Tari dan gerak

Terapi okupasi berbasis tari dan gerak adalah pendekatan terapeutik yang memanfaatkan aktivitas fisik melalui gerakan dan tarian untuk mendukung kesehatan mental, fisik, dan emosional pasien. Terapi ini sering digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik, kesadaran tubuh, dan ekspresi diri, serta membantu pasien mengatasi gangguan psikologis atau neurologis.

6.      Membuat karya seni kolaboratif

Terapi okupasi berbasis seni kolaboratif adalah aktivitas terapeutik di mana pasien bekerja sama untuk menciptakan sebuah karya seni bersama. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sosial, komunikasi, dan kerjasama, sekaligus memberikan rasa pencapaian kolektif. Aktivitas ini dapat melibatkan berbagai medium seni, seperti lukisan, mural, patung, atau instalasi seni.


Tujuan Terapi Okupasi Berbasis Seni

Terapi okupasi berbasis seni adalah salah satu bentuk terapi yang menggunakan aktivitas seni untuk membantu individu mencapai tujuan rehabilitasi fisik, emosional, kognitif, atau sosial. Tujuannya dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan individu, tetapi secara umum mencakup hal-hal berikut:

1. Mengembangkan Kemampuan Motorik

  • Seni seperti melukis, menggambar, atau membuat kerajinan tangan membantu meningkatkan keterampilan motorik halus (fine motor skills) melalui manipulasi alat seperti kuas, pensil, atau gunting.

2. Meningkatkan Keseimbangan Emosional

  • Proses kreatif memberikan medium untuk mengekspresikan emosi yang sulit diungkapkan secara verbal. Hal ini dapat membantu mengurangi kecemasan, stres, dan depresi.

3. Meningkatkan Keterampilan Sosial

  • Kegiatan seni dalam kelompok dapat memfasilitasi interaksi sosial, kerja sama, dan membangun hubungan, yang sangat bermanfaat bagi individu dengan gangguan komunikasi atau isolasi sosial.

4. Meningkatkan Harga Diri dan Kepercayaan Diri

  • Melalui penciptaan karya seni, individu dapat merasakan pencapaian dan bangga dengan hasil karya mereka, meningkatkan rasa percaya diri.

5. Memperbaiki Fungsi Fisik

  • Aktivitas seni tertentu dapat digunakan untuk merehabilitasi anggota tubuh yang cedera, meningkatkan jangkauan gerak, dan membangun kekuatan otot.

6. Mengembangkan Identitas dan Ekspresi Diri

  • Seni memungkinkan individu untuk menemukan kembali identitas dan cara mereka memandang dunia, terutama setelah mengalami perubahan besar seperti kehilangan kemampuan fisik atau trauma.

Manfaat

Terapi Okupasi Berbasis Seni memiliki berbagai manfaat bagi pasien dengan gangguan jiwa. Pendekatan ini menggabungkan kegiatan seni dengan prinsip-prinsip terapi okupasi untuk membantu pasien mengembangkan kemampuan fungsional, meningkatkan kualitas hidup, serta mempromosikan kesehatan mental. Berikut adalah beberapa manfaatnya:
  • Peningkatan Ekspresi Diri : Seni memungkinkan pasien mengekspresikan emosi, pikiran, dan pengalaman yang sulit diungkapkan secara verbal, membantu mengurangi tekanan emosional dengan memberikan saluran yang aman untuk melampiaskan perasaan.
  • Pengurangan Stres dan Kecemasan : Aktivitas seni yang repetitif dan fokus, seperti melukis atau membuat kerajinan tangan, dapat memberikan efek menenangkan, mengalihkan perhatian dari pikiran negatif dan menciptakan rasa tenang.
  • Peningkatan Kemampuan Motorik dan Kognitif : Aktivitas seni sering kali melibatkan keterampilan motorik halus (menggambar, memotong) dan kasar (mengerjakan proyek seni besar), melatih kemampuan fokus, perencanaan, dan pengambilan keputusan melalui proses kreatif. 
  • Memperbaiki Pola Pikir Positif kreatif : Proses menciptakan sesuatu yang indah dapat membantu memperkuat pikiran positif dan membangun pandangan hidup yang lebih optimis, seni membantu pasien melihat dunia dengan cara yang lebih kreatif dan penuh harapan.
  • Penguatan Keterampilan Sosial : Terapi seni berbasis kelompok mendorong interaksi sosial, membantu pasien merasa lebih terhubung, dan mengurangi isolasi sosial. 
  • Peningkatan Rasa Percaya Diri dan Prestasi : Menyelesaikan proyek seni memberikan rasa pencapaian yang dapat meningkatkan harga diri.
Resiko

Terapi okupasi berbasis seni umumnya bermanfaat bagi pasien dengan gangguan jiwa seperti yang sudah di jelaskan diatas, namun sama seperti semua intervensi terapeutik, ada beberapa risiko atau tantangan yang perlu diperhatikan untuk memastikan terapi berjalan dengan aman dan efektif. Berikut adalah beberapa potensi risiko yang mungkin terjadi:

  • Memicu Trauma atau Emosi Negatif  : Seni sering melibatkan ekspresi diri yang mendalam, sehingga pasien dapat mengingat pengalaman traumatis atau perasaan yang sulit mereka tangani. Solusinya terapis harus menciptakan lingkungan yang aman dan memberikan dukungan emosional saat pasien menghadapi hal ini.

  • Frustrasi karena Keterbatasan Kemampuan : Beberapa pasien mungkin merasa frustrasi jika hasil karya seni mereka tidak sesuai harapan, terutama jika mereka memiliki gangguan seperti depresi atau perfeksionisme. Solusinya terapis perlu menekankan proses daripada hasil, memberikan pujian, dan menghindari tekanan.                    
  • Overstimulasi : Pasien dengan gangguan seperti skizofrenia atau bipolar mungkin merasa terlalu terstimulasi oleh warna, suara, atau aktivitas kelompok. Solusinya terapis dapat mengatur lingkungan yang lebih tenang dan memodifikasi aktivitas seni agar sesuai dengan toleransi individu.
  • Potensi Cedera Fisik : Penggunaan alat-alat seni seperti gunting, pisau ukir, atau bahan kimia (cat minyak, lem) dapat menimbulkan risiko cedera, terutama pada pasien dengan gangguan impulsivitas. Solusinya pilih alat yang aman dan pantau pasien dengan hati-hati saat menggunakan peralatan tertentu.

Indikasi apa saja yang memerlukan terapi okupasi berbasis seni?

Terapi okupasi berbasis seni digunakan untuk berbagai kondisi medis, psikologis, atau sosial yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa indikasi yang memerlukan terapi ini:
  • Cedera Neurologis :stroke, trauma otak, atau cedera tulang belakang yang mengganggu koordinasi motorik.
  • Gangguan Ortopedi : Patah tulang, amputasi, atau kondisi yang memengaruhi mobilitas tangan dan anggota tubuh lainnya.
  • Kondisi Degeneratif :Parkinson, multiple sclerosis, atau arthritis yang mengurangi fungsi motorik.
  • Austisme (ASD) : Gangguan perkembangan saraf otak yang menyebabkan kelainan fungdi otak dan saraf. Kondisi ini memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, berinteraksi dan belajar.
  • Attention Deficit Hyperactivity Disoder (ADHD) : Gangguan neurobiologis yang memengaruhi fungsi otak terkait dengan perhatian, 
  • Depresi : Seni membantu mengekspresikan perasaan yang sulit diungkapkan secara verbal.
  • Gangguan Kecemasan : Membantu relaksasi dan mengurangi tingkat stres.
  • Gangguan Stress Pasca Trauma (PTSD) : 
  • Seni digunakan untuk memproses pengalaman traumatis secara aman.
  • Demensia atau Alzheimer : Untuk melatih ingatan, memperlambat penurunan fungsi kognitif, dan memfasilitasi ekspresi diri.
  • Trauma Otak : Seni digunakan untuk memproses pengalaman traumatis secara aman.

Kesimpulan

Terapi okupasi berbasis seni merupakan pendekatan yang efektif dan humanis dalam mendukung pemulihan pasien dengan gangguan jiwa. Seni bukan hanya menjadi media ekspresi diri, tetapi juga alat untuk membangun kembali kemampuan sosial, emosional, dan kognitif pasien. Dengan memanfaatkan potensi kreatif mereka, pasien dapat menemukan harapan, rasa percaya diri, dan kualitas hidup yang lebih baik.

Melalui dukungan yang berkelanjutan dan pendekatan yang individual, terapi ini dapat membantu pasien untuk mengatasi hambatan mental dan emosional, sekaligus memberikan ruang bagi mereka untuk menemukan makna baru dalam kehidupan. Oleh karena itu, terapi okupasi berbasis seni bukan hanya sebuah metode rehabilitasi, tetapi juga jembatan menuju kehidupan yang lebih seimbang dan bermakna.

Semoga penerapan terapi ini terus berkembang dan memberikan manfaat yang maksimal bagi mereka yang membutuhkan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Artikel Alat Terapi Ultraviolet Lamp untuk Pengobatan dan Perawatan Kesehatan

ARTIKEL BLUE LIGHT THERAPY SEBAGAI SOLUSI PENGOBATAN UNTUK BAYI DENGAN JAUNDICE